Kereta api
yang membawa Jum pulang kembali ke Mojokerto terasa melaju begitu lambat. Suara
roda kereta yang bergesekan dengan rel terdengar seperti sembilu yang
mengiris-iris hati Jum. Jum pulang dengan segumpal luka yang berdenyut dan
berkecambah di dadanya. Jum merasa sebagian jiwanya hilang terbawa asap kereta
yang mengepul kemudian lenyap di udara.
Dan selama tiga tahun terakhir ini, ia gantikan sebagian jiwanya yang hilang
itu dengan menyayangi anak-anak didiknya. Ya, mereka bocah-bocah polos
berseragam putih merah itu sedikit banyak telah menuntunnya untuk tidak terus
terlarut dalam kesedihan.
Kemudian pagi itu, saat sepucuk surat pemecatan datang kepadanya, sebagian
jiwanya kembali terenggut. Jum merasa sebagian rohnya mencuat keluar dan hilang
entah kemana.
Jum sudah berusaha mendapatkan kembali separuh jiwanya yang hilang. Beberapa
sekolah ia datangi. Berharap salah satu salah satu dari sekolah-sekolah itu
berkenan menerimanya, menjadi seorang guru di sana. Ia ingin kembali menjadi
seorang guru, guru kesenian. Ia sangat mencintai profesi itu. Tapi ia harus
menelan kenyataan pahit. Tak satu pun pintu sekolah yang sudi terbuka untuknya.
Apakah label koruptor yang dituduhkan kepadanya telah menyebar luas, secepat
ini?
Jum kemudian menyadari satu hal. Ternyata berita bohong yang dituduhkan
kepadanya itu kini telah menjadi semacam fakta yang dipercayai oleh hampir
setiap orang di kampungnya, dan bahkan sekolah-sekolah di desa tetangga pun
ikut-ikutan memasukkannya ke dalam daftar hitam. Terang saja tak satu pun yang
sudi menerimanya menjadi seorang guru. Jum menelan ludah pahit.
Jum belum mengubur keinginannya untuk kembali menjadi guru. Sampai pada suatu
hari, ia berniat menghabiskan minggu paginya dengan berjalan-jalan di seputaran
alun-alun Mojokerto. Melepas penat yang dirasakannya bagai beton-beton ambruk dan
menggelayut di kedua pundaknya.
Ruas-ruas jalan Mojopahit yang sedang ia susuri begitu sesak. Puluhan remaja
terlihat sedang berlari-lari kecil dalam koloni-koloni. Saling becakap satu
sama lain dan sesekali tertawa. Tampak pula beberapa manula yang terlihat masih
sehat tengah berjalan sambil menggerak-gerakkan tangan keriput mereka, mencari
keringat. Tak sedikit pula pasangan bahagia bapak-ibu mengapit buah hati mereka.
Ah, Jum jadi teringat anaknya. Tapi ini bukan saatnya cengeng. Bukankah ia
datang ke tempat ini untuk mengisi kantung semangatnya yang layu, tidak untuk
mengingat hal yang tidak menyenangkan. Ia pun mengalihkan pandangannya pada
deretan aneka toko yang tampak dibuat sibuk oleh para pembeli. Beberapa pemuda
bergitar terlihat keluar dari sebuah toko emas dengan raut muka masam. Secarik
kertas yang tertempel di etalase toko bertuliskan ‘ngamen gratis’ itu
rupanya yang menjadi penyebabnya. Jum tersenyum kecut.
Kemudian mata Jum beralih pada sebuah toko bercat coklat pucat yang menjajakan
beraneka ragam kue tradisional. Aneka kue dengan berbagai bentuk dan warna yang
menggoda sengaja dipajang di etalase toko. Kue-kue itu seakan memanggil siapa
saja yang lewat di depan toko, merayu mereka untuk berhenti dan mampir. Benar-benar
meggiurkan. Jum sampai menelan ludah dibuatnya.
Tanpa sadar, kaki Jum telah membawanya masuk ke dalam toko seluas 8 x 7 meter
itu. Aroma semerbak harum aneka kue itu menyerang indera penciuman Jum. Jum
kini sudah berada di depan deretan kue-kue yang menggugah seleranya. Ia tidak
sendiri tentu saja. Cukup banyak penikmat minggu pagi di seputaran alun-alun
Mojokerto yang’terjebak’ dalam toko itu, seperti Jum.
Jum menyusuri deretan rak kaca tempat kue-kue itu duduk manis. Jum menimbang-nimbang
kue apa saja yang akan ia beli. Ah, sepertinya sudah lama ia tidak merasakan
perasaan seperti ini. Jum bahagia. Ia seperti gadis kecil yang disuguhkan
dengan setumpuk kue beraneka bentuk, warna, dan rasa. Ia merasa tersedot dalam
sebuah halaman buku dongeng, masuk ke dalam Negeri Kue.
“Hei, Jum, Jumawarti, ya?” Sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunan fantasi
Jum.
Jum
tergeragap dan segera menoleh ke si empunya suara tadi. Rasa kagetnya berubah
menjadi perasaan bingung begitumelihat wajah asing orang yang menegurnya.
“Ya?” ucap Jum pelan sambil menerka-nerka siapa sosok perempuan asing di
hadapannya ini.
“Jum, ini aku Maryam. Siti Maryam teman SMA mu dulu. Kita duduk sebangku dan
pernah dihukum Pak Sukisno gara-gara kompak lupa mengerjakan tugas bahasa
Indonesia. Ingat?” Perempuan bernama Maryam itu membaca kebingungan di mata Jum.
“Hah, Maryam?! Masya Allah...!” Jum menyadari siapa perempua di hadapannya ini
dan segera memeluknya. Memeluk erat sahabat SMA nya yang telah lama tidak
bersua.
“Ah, bagaimana kamu bisa melupakan sahabatmu ini?” ucap Maryam setelah mereka
melepaskan pelukan pertemuan mereka.
“Aduh maaf, maaf... Kamu beda banget sekarang. Rambutmu yang dipotong pendek
itu bikin aku pangling, tahu!” Jum tergelak. “Oia, kamu kok langsung bisa
mengenaliku? Penampilanku masih sama seperti dulu, ya?”
“Ya jelas bisa. Sorot matamu yang berbinar-binar saat melihat kue-kue lezat
seperti tadi itu tidak akan kulupakan!” Maryam berkata demikian sambil
menirukan ekspresi mata berbinar-binar Jum. Kemudian ia tertawa.
“Ah, apa-apaan kamu ini!” Jurus cubitan kalajengking Jum mendarat di lengan
Maryam dengan cepat.
“Auw!” pekik Maryam sambil mengusap lengannya. “Ternyata kamu masih menguasai
jurus cubitan kalajengking itu dengan baik, ya?” Dua perempuan itu kemudian
tertawa.
“Eh, apa kabarmu Jum? Dan hei, apa kamu masih aktif menari jaipong seperti saat
kita bergabung dengan sanggar tari sekolah dulu?”
“Jaipong, ya? Masih kok. Aku masih menari, tapi sebagai hobi saja. Kalau kamu?”
“Ehm, nggak enak ah ngobrol di sini. Ke rumah budheku aja, yuk? Nggak jauh dari
sini kok.” Maryam menggandeng lengan Jum. Mereka, dua sahabat lama itu terlihat
seperti beberapa tahun yang lalu. Saat mereka masih mengenakan seragam putih
abu-abu.
“Eh, sebentar...! Aku mau beli kue dulu.” Jum memasukkan beberapa potong klepon, puthu ayu, dan onde-onde khas Mojokerto ke dalam kantong
plastik yang telah disediakan, kemudian segera menuju meja kasir.
***
(to
be continued)
*hanifjunaediadyputra
mohon kritik dan sarannya :)
mohon kritik dan sarannya :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
8 komentar:
alurnya santai, bahasanya asyik.. jadi penasaran ama lanjutannya mas.. hanya saja tulisannya pake font yang normal saja dong, saya agak kesulitan mbacanya.. :)
salam untuk Jum yaa.. hehe
wah, terima kasih masukannya. sangat berarti & bermanfaat. :)
sip,sip,
next akan diperbaiki.
salam balik dari mbak Jum, :)
ceritanya sangat bagus
buat rasa malasku terhunus
hanjurkan lah egoku mampus
semangatku kembali lurus
terimakasih mb anisa:)
segala puji bagi Tuhan... :) semoga bermanfaat.
terimaksih telah berkunjung. :)
Ada award buat kamu, ambil di blog aku yaaa.....
Aku sukak bacanyaaa. Ditunggu kelanjutannya yaa.
Salam kenal :)
terimakasih banget mb zasachi buat awardnya ... :)
terimakasih armae :)
salam kenalllll :)
Posting Komentar