Entah apa yang menyeret kaki saya mendatangi
sebuah almari tua di salah satu sudut rumah saya hari itu. Saya menatap almari
yang sudah ada sejak masa kanak-kanak saya itu. Kemudian tangan ini begitu saja
menyusuri rak-rak almari yang berdebu itu. Tangan saya berhenti pada tiga
bungkusan plastik bening gemuk berisi kertas-kertas entah apa. Saya ambil tiga
bungkusan plastik itu. Pada salah satu plastik, mata saya menangkap sederet
kalimat. Dokumen penting Hanif
Junaedi Ady Putra 2003-2009.
Saya tercenung sejenak. Saya hampir tidak ingat bahwa saya pernah menulis
kalimat itu. Dan, hei, 2003-2009? Bukankah di tahun-tahun itu saya adalah siswa
yang memakai seragam putih-biru dan putih abu-abu? Saya merasakan jantung saya
berdegup senang. Saya segera membuka tiga bungkusan plastik itu.
Berlembar-lembar kertas saya keluarkan dari bungkusan plastik itu.
Ah, ternyata saya menyimpan begitu banyak kertas.
Buletin Ad-Da’wah. Oh, saya
ingat bahwa saya memang mengkoleksi buletin sekolah saya ini. Saya masih ingat
betul tagline buletin ini, merajut cinta, menebar kasih
sayang. Saya membolak-balik
halaman beberapa edisi, membaca sekilas. Ibnu
Turost, saya mendapati nama
itu ada di setiap edisi pada rubrik Kedai Sufi. Memori saya membawa pada sosok
ustadz muda yang telah mengajarkan banyak hal kepada kami. Sang guru yang pergi
terlalu cepat. Semoga kau tenang di sana, Gus Aang...
Saya merapikan lembar-lembar buletin itu, kemudian meraih kertas-kertas yang
lain.
Beberapa kertas berukuran 5 x 3 senti berwarna hijau dan merah pucat ada di
tangan saya. Hmm, bagaimana bisa saya menyimpan kertas ini? Ini tasrikh, sebutan untuk sebuah surat jika
kau hendak tidak masuk kelas karena sakit atau ada keperluan lain. Ya, itu
surat-surat izin tidak mengikuti kelas. Saya masih ingat, betapa terkadang
cukup sulit untuk mendapatkan tanda tangan tutor untuk selembar tasyrikh.
Saya meletakkan tasyrikh-tasyrikh itu dan beralih pada kertas-kertas
lainnya.
Kertas-kertas ulangan. Saya tersenyum simpul. Hei, sudah berapa lama saya tidak
mendengar kata itu, ulangan. Sudah lama saya tidak merasakan
sensasi belajar kebut semalam ketika esok hari ada ulangan.
Saya membaca lembar demi lembar kertas ulangan itu.
Ulangan Matematika. Hei, ternyata saya masih menyimpan dengan baik kertas
ulangan matematika saya. Padahal saya masih ingat betul bahwa matematika telah
menjadi semacam dementor bagi saya waktu itu. Tapi
untungnya waktu itu para guru matematika bukan tipe-tipe pelahap maut. Bukan benar-benar pelahap maut. Saya teringat Pak Toton yang
selalu berapi-api dengan gaya khasnya, Pak Guru Muda (ah, saya lupa siapa
namanya. Tapi saya masih ingat, pernah mendapat hadiah sepotong coklat setelah berhasil
menjawab sebuah kuis. Dan saya juga masih ingat, waktu itu saya hanya asal
menjawab saja. hahah.), dan Pak Fanani yang begitu gigih menyertai kami hingga
kami melewati Ujian Nasional.
Kemudian Ulangan Akuntansi. Hmm, akuntansi. Mata pelajaran yang masih
mengharuskan saya berhadapan dengan angka-angka. Padahal alasan mengapa saya
lebih memilih jurusan IPS ketimbang IPA adalah untuk menghindari angka-angka
membosankan pada mata pelajaran fisika & kimia. J Alasan
yang tidak dewasa. Hahha. Akuntansi, transaksi keuangan, debet, kredit, kas,
utang, piutang, modal, laba, laporan keuangan, dan lain-lainnya, apa kabar
kalian?
Dan kertas Pre Examination,
Mastering of System (MS) 29. Test
yang diadakan oleh para tutor bahasa inggris dari Basic English Course (BEC),
Kediri. Ya, saya masih ingat setiap beberapa bulan tutor-tutor dari BEC itu
datang ke sekolah kami.
Saya mengamati kertas test saya, kemudian meraih kertas yang lain. Dan, hei,
saya menemukan kertas test milik Nizar Zulmi. Bagaimana bisa kertas testnya ada
pada saya? Oh, saya teringat bahwa dia adalah teman sebangku saya saat di kelas
11 dan 12. Sori Lek Guuush,
kertasmu kegowo. Hahhah.
Ah, kertas-kertas ulangan itu mengingatkan pada semua mata pelajaran yang
menemani hari-hari saya selama enam tahun di suatu tempat yang mereka sebut al-amin.
Matematika. Apa kabar rumus-rumus
yang tak pernah ringkas bagi saya itu? Apa kabar aljabar, integral, persamaan kuadrat,
dan yang lainnya?
Bahasa Indonesia. Apa kabar Pak Sukis?
Masihkah kau marah ketika ada siswamu yang tidak menyampuli buku tulisnya?
Masihlah kau dengan jurus andalanmu, jurus tapak budha-mu dulu? J
PPKn. Saya ingat saat
pelajaran ini seorang Mario Widiyanto sedang diam-diam mengunyah wortel dan
kubis mentah di mejanya. hahaha. Saya juga masih ingat ekspresi Pak Manaf
saat memergoki kejadian ajaib itu, yang mungkin baru pertama kalinya ia alami
selama karirnya sebagai pengajar.
Sejarah. Teringat drama yang kami
mainkan saat kami sampai pada bab yang mengisahkan peristiwa rengas dengklok
dan detik-detik menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
SKI. Terbayang ekspresi
pak Ista’in yang polos serta cerita perang Badar dan perang Khandaq,
Balghoh. Saya ingat berapa jumlah
siswa yang tersisa (tidak tertidur) saat pelajaran ini. ckckck. Saya termasuk
di antaranya (yang tertidur, setelah mati-matian menahan kantuk) J. Belakangan saya menyesal, menyadari
betapa berharganya kesempatan belajar dengan Kiai Muthoharun Afif. Ditambah
lagi ternyata balaghoh adalah materi yang menarik
sebenarnya.
Nahwu. Inilah yang paling
terkenang. Masih ingat betul betapa njelimet dan menantangnya materi yang kami
pelajari. Bab-bab yang banyak dan beranak pinak yang membutuhkan nalar kuat
untuk memahami semuanya. Bahkan sampai saat ini, di tahap pendidikan saya
sekarang, saya belum mendapati mata kuliah yang bisa menandingi ‘kedahsyatan’
Ilmu Nahwu. Tidak hukum pidana juga tidak HPI yang konon sulit nilainya itu.
Saya pun Masih terbayang atmosfer khas saat ujian lisan nahwu. Dan masih lebih
ingat lagi bagaimana rasanya atmosfer deg-degan saat pengumuman siapa-siapa
yang lulus dan siapa-siapa yang harus remidi alias coba lagi. J
Aqidatul Awam. Ah, ini dia. Betapa ngawurnya kami saat sesi lalaran. Dengan semangatnya kami, memberontak. Alih-alih melantunkan
bait—nadzam-nadzam sebagaimana mestinya, kami malah menciptakan lirik baru.
Yang intinya adalah: kami bosan melantunkan bait dengan lagu itu melulu dan
kami minta ganti lagu. Tak ayal, Pak Masud Bilaa Yunus langsung cabut
meninggalkan kelas. Luar biasa. Kami telah membuat seorang guru ngambek, di tahun pertama kami.
Tafsir Jalalain. Raut wajah bersahaja Abah Nurudin masih
teringat jelas. Saya merindukan cerita-cerita yang melatarbelakangi setiap ayat
dalam al-quran. Bahkan saya merindukan momen-momen ngebut menambal halaman-halaman kitab yang bolong saat menjelang masa Takhasus. Dan saya ingat, ada yang mengisi
halaman-halaman kitab mereka dengan lirik lagu dan bahkan cerita fantasi. saya
tak pernah bisa menahan tawa bila mengingat yang satu ini.
Geografi. Ah, saya begitu merindukan pelajaran ini.
Sangat menyenangkan belajar tentang bumi, sabana stepa, dan lainnya.
Menyenangkan dan santai kayak di pantai. J
Sosiologi. Mengingatkan pada sosok Gus Aang lagi. Sosok
yang selalu bersemangat mengajarkan segala teori sosial kepada kami.
Mengenalkan kami dengan mereka-mereka yang bernama August Comte, Durkheim,
Weber, hingga Selo Sumardjan dan oejono Soekanto.
Faraidh
Bahasa Inggris
Shorof
Qowaidul Fiqih
Ekonomi
Ilmu Tuhid
Dan semuanya...
Mereka meninggalkan kisah tersendiri.
Kapan saya bisa belajar
dengan mereka lagi?
Mungkin bodoh, tapi saya
berharap malam ini saya tidur nyenyak dan bangun keesokan harinya untuk
berangkat ke kelas dan mempelajari mereka lagi. Sekali lagi. Bahkan untuk bab
matematika yang paling rumit sekalipun saya mau. Asal suasananya tidak berbeda
dengan dulu.
*mulai ngelantur, maaf*
Kemudian tangan saya
kembali memunguti kertas-kertas lainnya, yang masih banyak. Saya
membacanya satu persatu, lembar demi lembar.
Kartu Ujian Semester.
Kartu Panitia MOS.
Denah Ruang Ujian Semester Genap.
Tiket Masuk Gus dan Yuk Mojokerto 2007.
Surat Undangan Organisasi
Santri Ma’had Al-Amin (OSMA), mengingat OSMA saya jadi teringat Trio OSMA
Legendaris (Farid-Huda-Barock), apa kabar kalian? J
Segepok soal-soal latihan
Ujian Nasional. Tidaaak, UAN! Cukup sekali saja. hahaha
Proker Pengurus OSMA.
Surat Kesediaan Menjadi
Pengurus OSMA.
Klipingan koran, entah
buat apa waktu itu.
Lirik-lirik lagu. Boulevard of Broken Dreams (Green
Day), No Body’s Home (Avril Lavigne), The Second You Sleep (Saybia).
Lagu-lagu pada sesi listening, program para tutor BEC. Saya
baru sadar bahwa lagu-lagu itu adalah lagu galau. hahaha
Struk pembelian di
Indomart Japan Raya. Apa saya sudah tidak waras? Untuk apa menyimpan struk
belanja? hahaha
Cerpen-cerpen lama saya.
Ah, saya malu ketika membacanya. Bagaimana bisa dulu saya seaneh itu? Ahhahhha.
Naskah otentik Jaipong di
Bulan April. Ternyata masih ada, saya kira hilang entah kemana, (hahhaha, gak
penting)
Sebuah puisi. Puisi yang
saya ikutkan lomba, lomba pertama yang saya ikuti, dan kalah. haha, Hei, saya
baru sadar telah menulis sebuah puisi sepanjang tiga halaman folio dan begitu
membacanya saya lupa apa maksud puisi itu dulu. wkwkwkw.
Jadwal acara perlombaan six days before holiday.
Sebuah notebook
dengan tulisan pada covernya, Lakmud
Gabungan IPNU-IPPNU PAC Pacet-PAC Sooko. Hei,
saya lupa pernah menjadi anggota IPNU. Hahaha.
Saya membuka
halaman-halaman notebook itu dan mendapati tulisan-tulisan. Di antaranya
tulisan saya sendiri, dan sisanya bukan tulisan saya. Tapi saya masih ingat
betul tulisan siapa itu. Ada sebuah halaman dipenuhi dengan deretan huruf-huruf
gemuk yang saya yakin itu milik Syahrut. Hei, apa kabarmu kawan? Cengkok
dangdutmu masih seperti dulu? Kapan kau pulang ke Indonesia? Dan satu tulisan
lagi, saya sangat mengenalnya. Itu pasti tulisan Huda. Ukuran dan bentuk
hurufnya tidak akan ada yang menyamai. J
Dan kertas-kertas lainnya
masih terserak di lantai. Berbagai macam kertas dan sebagian di antaranya telah
lusuh dimakan waktu.
Ah, bagaimana bisa saya
menimbun kertas-kertas usang ini?
Kertas-kertas tua yang
terlihat tidak penting ini, yang sepertinya lebih layak menghuni tempat sampah
ketimbang disimpan dalam almari.
Tapi tidak. Kertas-kertas
ini memang usang. Tapi saya melihatnya seperti saya menatap seorang teman lama.
Kertas-kertas ini telah
berhasil menumpahkan kenangan lama pada kepala saya.
Kertas-kertas tua ini
telah membawa saya pada suatu episode kehidupan beberapa tahun lalu.
Mengingatkan saya
pada canda, tawa, amarah, gelisah, dan semua yang pernah tertoreh waktu itu.
Mengingatkan saya pada
kalian, sahabat-sahabat terbaik yang pernah saya miliki.
Mengingatkan pada para
guru, asatidz yang telah mengajarkan banyak hal kepada kami.
Mengingatkan pada
semuanya.
Dan saya akan masih
menyimpan kertas-kertas ini, entah sampai kapan.
Mojokerto, 7 Februari 2012
P.S. Maaf untuk
teman-teman yang namanya 'terseret' dalam tulisan ini. Maaf jika coretan yang memanjang
ini pada akhirnya hanya menambah notifikasi saja. :p
Saya hanya ingin, yeah
mungkin bisa disebut dengan mengumpulkan kalian di dunia maya. Bertemu kalian
di sini.
Karena ternyata tidak
mudah berkumpul-bertemu kalian di alam
nyata (wah, pilihan kata yang
aneh. haha).
Karena sekarang ini kita
telah memiliki, apa yang disebut dengan aktifitas masing-masing.
Karena kita tidak lagi
memakai seragam yang sama.
Karena kita tidak lagi
belajar dari guru dan di ruang kelas yang sama.
Karena kita tidak lagi
tidur berdesak-desakan di lantai yang sama.
Karena kita tidak lagi
makan di sebuah nampan yang sama.
Karena kita tidak lagi
minum dari gentong air yang sama.
Karena kita tidak
lagi berlari di lapangan yang sama.
Karena kita tidak lagi
dimarahi dan dihukum oleh orang yang sama karena ulah kita.
Karena kita tidak lagi
berebut kamar mandi yang sama di setiap pagi.
Karena, yeah karena kini
kita melanjutkan garis hidup kita masing-masing.
Ini wajar, bahkan ini
sangat alami dalam hidup. Tidak selamanya kita menggambar garis yang sejajar
satu sama lain kan?
Tapi yang pasti, tali
persaudaraan tidak pernah putus. Meski segalanya tidak lagi sama.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
6 komentar:
Panjang sekali Juun tulisannya..
oh, iki to postingan pertamamu jun, berarti awakmu jek kaet sinau blog ya, haha... baguslah kalo gitu, seng rajin nulis yo...
hahhaa iya.
thx for reading, :)
hahahha, dulu sudah pernah sebenarnya, tapi sempat terbengkalai. ini bikin yang baru. semoga istiqomah dan bermanfaat. :)
oke,sepakat, seng penting istiqomah dan manfaat...
tempat lakmud dimana waktu itu kang?.,
Posting Komentar